Thread Rating:
  • 0 Vote(s) - 0 Average
  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
  • 5
POLEMIK WISATA HALAL DANAU TOBA HARUS SEGERA DIAKHIRI
#1
Sebagaimana yang telah kita fahami bersama bahwa secara sosiologis saat ini sejak 5 tahun lalu masyarakat Indonesia mengalami pergeseran nilai keakraban kita sebagai anak bangsa. Semua pihak menjadi sedikit sensitif dengan isu-isu lokal maupun nasional terutama hal-hal yang berkaitan dengan perbedaan agama.

Kita tidak tahu dari mana asalnya, yang jelas saat ini tidak mudah untuk melontarkan ide-ide yang berbeda terutama untuk hal yang berkaitan dengan persoalan agama. Salah satu di antaranya adalah implementasi wisata halal danau toba yang dilontarkan  oleh Gubernur Sumatera Utara baru-baru ini. Sebetulnya konsep wisata halal sudah sukses diterapkan di berbagai negara yang bukan berpenduduk mayoritas Islam seperti Korea, Cambodia, China, Thailand, Jepang dan lain-lain.

Sebagai praktisi pariwisata di Sumatera Utara selam bertahun-tahun, kami membayangkan paket tour danau toba akan sukses dan semakin melambung tinggi. Alasannya kami menerima banyak penolakan dalam penawaran paket wisata danau toba yang kami sampaikan kepada calon wisatawan. Yang paling banyak alasannya adalah karena danau toba tidak cukup ramah dengan wisatawan muslim.

Wisata halal sebenarnya tidak mengganggu kearifan lokal. Tidak ada satu pun pelaku pariwisata di negara-negara yang menerapkan wisata halal menjadi terpinggirkan disebabkan implementasi wisata halal. Wisata halal adalah pelayanan agar wisatawan muslim merasa nyaman dengan disiapkannya kebutuhan mereka sehingga mereka nyaman menikmati objek wisata yang dimiliki sebuah daerah. Adalah sebuah kekeliruan pemahaman bila wisata halal dianggap mengaharuskan pekerja pariwisata mulai dari pekerja hotel, pemilik hotel atau pekerja restoran dan pemilik restoran harus orang Islam. itu salah. Yang benar adalah tersedia makanan halal di restoran yang bersertifikat halal dan tersedianya di hotel pengarah kiblat, sajadah dan tempat ibadah. Tidak pernah dibahas restoran dan hotel milik siapa dan siapa yang menjadi pelayan di restoran. Kesimpulannya wisata halal tidak menggeser dan mengganggu kearifan lokal. Semua berjalan pada poros masing-masing. Kesalahan hakikinya ada pada peristilahannya. Mestinya tidak menggunakan kata wisata halal melainkan moslem friendly tourism atau wisata ramah dengan muslim.


[Image: danau-toba-20180202-083843.jpg]
Reply




Users browsing this thread: 1 Guest(s)

About Ziuma

ziuma - forum diskusi dan komunitas online. disini kamu bisa berdiskusi, berbagi informasi dan membentuk komunitas secara online. Bisa juga berdiskusi dengan sesama webmaster/blogger. forum ini berbasis mybb

              Quick Links

              User Links

             powered by