Forum Diskusi dan Komunitas Online

Full Version: Mengenal Stress Eating dan Bahayanya bagi Kesehatan
You're currently viewing a stripped down version of our content. View the full version with proper formatting.
Apakah Anda pernah merasa hanya ingin makan saat stres melanda? Baik itu stres karena kerjaan di kantor, stres putus dari pacar, atau stres-stres lainnya. Banyak sekali orang yang menghindari rasa sakit dan kecewa dengan makan yang berlebihan. Kecenderungan inilah disebut stress eating.

Stress eating atau disebut juga emotional eating  adalah reaksi normal tubuh ketika seseorang mencari kenyamanan dari perasaan stres yang dialami lewat makanan.

Mengenal Stress Eating

Seperti yang sudah disinggung sebelumnya bahwa ketika tubuh merasa stres, seseorang bisa mencari kenyamanan lewat makanan. Nah, makan yang berlebihan akibat stress ini merupakan salah satu gejala depresi atipikal.
Emotional eating biasanya respon tubuh ketika stres dan melampiaskannya pada makanan, padahal sebenarnya dia tidak lapar.
Makanan saat stres juga difungsikan sebagai pengalihan perhatian dan pelarian untuk mendapatkan kenyamanan.
Ketika stres jangka pendek biasanya akan menurunkan nafsu makan. Namun, ketika stres terjadi teru menerus, otak akan memerintahkan kelenjar adrenal untuk melepaskan kortisol. Kortisol ini berfungsi meningkatkan nafsu makan seseorang. Stres juga bisa mengacaukan kerja hormon ghrelin yang tugasnya mengatur nafsu makan.
Makanya banyak orang yang melahap makanan ketika sedang stres melanda. Makanan yang dikonsumsi biasanya tinggi karbohidrat, rendah gizi, serta tinggi kalori seperti junk food.
Tapi biasanya ketika episode stres selesai, kadar kortisol pun ikut menurun. Namun, ketika stres terjadi berkepanjangan, maka kortisol akan terus menerus diproduksi oleh otak. Stres juga biasanya akan mengganggu waktu tidur Anda. Sedangkan ketika kurang tidur, nafsu makan Anda akan meningkat.
Bahaya Stress Eating Jika Tidak Dihentikan
Ada berbagai bahaya yang mengintai ketika stress eating tidak segera dihentikan. Berikut bahaya yang bisa terjadi.
Anda Merasa Bersalah
Emotional eating akan membuat Anda merasa bersalah ketika stress berlalu. Jika tubuh sudah “sehat” alias tidak stress lagi, Anda baru menyadari bahwa begitu banyak asupan makanan yang sudah masuk ke dalam tubuh. Apalagi jika makanan yang dkonsumsi bukan makanan yang sehat.
Dikhawatirkan, ledakan rasa bersalah ini bisa memicu stress eating kembali karena Anda merasa memiliki harga diri yang rendah.
Diabetes
Emotional eating bisa menyebabkan diabetes karena tingginya kadar gula di dalam darah akibat makanan manis dan tinggi karbohidrat yang Anda konsumsi selama makan emosional.
Mual Sepanjang Hari
Ternyata makan ketika stres bisa menyebabkan rasa mual sepanjang hari. Hal ini karena porsi makanan yang masuk ke tubuh melebihi kapasitas normal. Yang parahnya adalah Anda bisa merasa mual berkepanjangan selama berhari-hari.
Stroke
Ketika stress eating, seseorang cenderung mengkonsumsi makanan tidak sehat yang tinggi kalori dan lemak. Lemak ini bisa menyumbat aliran darah dan menyerang jantung. JIka tidak segera diatasi bisa menyebabkan penumpukan lemak dan bisa mempersempit pembuluh darah dan berpotensi menyebabkan stroke.
Obesitas
Stress eating bisa menyebabkan kenaikan berat badan secara berlebihan dan apabila tidak terkontrol makan bisa mengarah ke obesitas.
Obesitas bisa memicu munculnya penyakit lain seperti penyakit jantung, diabetes, kanker, dan tekanan darah tinggi.
Cara Mengatasi Stress Eating
Kebiasaan buruk stress eating ini harus segera dihentikan sebelum menyebabkan hal buruk dan negatif pada kesehatan Anda. Ada beberapa langkah mengatasi stress eating ini, yaitu:
Mengenali apa pemicu dan penyebab stress eating
Jangan menyediakan makanan dan camilan yang kurang sehat agar asupan yang masuk dalam tubuh tetap bergizi dan sehat
Buatlah jadwal makan
Cukupi kebutuhan cairan tubuh dengan minum air putih
Aktif berolahraga dan tetap bergerak agar stress yang Anda alami menurun
Befokuslah pada apa yang Anda alami di masa kini dan cobalah untuk lebih mindful pada apa yang dilakukan.