Forum Diskusi dan Komunitas Online

Full Version: Telur Infertil vs Telur Fertil, Bagaimana Cara Membedakannya?
You're currently viewing a stripped down version of our content. View the full version with proper formatting.
[Image: telur-infertil.jpg]
Munculnya jenis telur infertil yang beredar di pasaran cukup menghebohkan kalangan masyarakat, terutama penyuka telur. Pasalnya, meskipun kandungan zat gizi telur infertil tidak jauh berbeda dengan telur fertil, namun saat penyimpanan telur ini cenderung lebih cepat busuk. Jika penjual telur ataupun konsumen kebetulan kedapatan telur infertil, ditambah lagi dibeli dalam jumlah banyak untuk di simpan di kulkas, belum seminggu kualitas telur sudah menurun, sehingga tidak layak lagi dikonsumsi. Oleh sebab itu, peternak telur harus memperhatikan hal ini, agar telur yang dijual di pasaran adalah telur yang kualitasnya baik dan tidak merugikan penjual telur maupun konsumen.
 
Uji fertilitas telur.
Uji fertilitas telur di bidang peternakan adalah bagian dari kegiatan untuk mendeteksi apakah telur yang dihasilkan adalah telur fertil atau telur infertil. Dahulu, pengujian telur ini masih menggunakan cara manual dengan menggunakan teropong telur untuk melihat ada atau tidaknya embrio di dalam telur. Cara ini cukup memakan waktu yang lama karena harus dilakukan satu persatu dan penglihatan manusia kadang kurang akurat. Oleh sebab itu, produsen telur banyak beralih dengan menggunakan cara computer vision (penglihatan komputer) yang memiliki prinsip sama dengan penglihatan manusia.
 
Beberapa indikator uji fertilitas telur.
Untuk menentukan apakah telur infertil atau tidak, ada beberapa indikator yang dijadikan sebagai ciri-ciri objek pada saat melakukan pendeteksian telur. Berikut penjelasannya.
 
1. Dilihat dari bentuk kuning telur.
Jika kuning telur berbentuk lonjong, maka termasuk telur fertil. Namun, jika kuning telur bentuknya bulat, maka telur tersebut adalah telur infertil. Umumnya, metode yang digunakan untuk mendeteksi bentuk kuning telur ini adalah LS-SVM (Least Square Support Vector Machine), yaitu suatu tools yang digunakan untuk mengklasifikasikan suatu objek atau sampel. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Zhu dan Ma pada tahun 2011, keakuratan berdasarkan bentuk kuning telur akurasinya hanya 92,5%, karena bentuk telur yang dipengaruhi oleh ras ayam.
 
2. Dilihat dari ukuran putih dan kuning telur.
Jika area kuning telur lebih kecil dibandingkan putih telur, maka telur dikategorikan ke dalam telur infertil. Namun, jika area putih telur yang lebih kecil dibandingkan kuning telur, maka telur tersebut adalah telur fertil. Peneliti Honjung Zhan et al. pada tahun 2012 menggunakan perbandingan luas antara putih telur dan kuning telur. Dalam penelitian tersebut, digunakan algoritma BP (Backpropagation) dengan metode pengambilan gambar telur secara vertikal dan horizontal. Pada saat pengambilan gambar telur secara horizontal, akurasi yang dihasilkan 83,57%, sedangkan secara vertikal akurasinya mencapai 97,86%. Sama seperti metode pertama, cara berdasarkan rasio area kuning dan putih telur ini juga dipengaruhi oleh ras ayam.
 
3. Berdasarkan adanya bloodspot dan blood vessel.
Indikator terbaik untuk membedakan apakah telur infertil atau tidak adalah dengan melihat keberadaan embrionya. Pada telur fertil, terdapat embrio berupa bloodspot dan blood vessel, sedangkan pada telur infertil tidak ada embrio. Arivazhagan et al. pada tahun 2013, meneliti kecacatan telur berdasarkan keretakan cangkang, cangkang kotor, dan adanya gumpalan darah berupa bloodspot. Metode yang digunakan adalah segmentasi dengan median filtering. Sayangnya, penelitian ini memiliki kelemahan, yaitu hanya meneliti kecacatan telur pada gumpalan darah berdasarkan bloodspot saja, padahal akan lebih akurat jika berdasarkan bloodspot dan blood vessel.
 
Beberapa cara di atas dapat digunakan peternak telur untuk membantu mendeteksi telur sejak dini. Tentunya, agar pada saat penyortiran, telur yang dimasukkan ke inkubator benar-benar telur fertil semua. Adapun telur infertil dapat dimanfaatkan langsung sebagai telur konsumsi tanpa harus melalui proses inkubasi yang dapat mempercepat masa simpannya.