30 March 2020, 10:31 PM
Bagi generasi muda Indonesia yang tergolong generasi millennial (kelahiran tahun 1981 - 1995), kultur startup dianggap lebih asyik, seru, dan kekinian ketimbang kultur korporasi besar. Bisa kerja dengan pakaian santai seperti kaos dan sneakers, meeting di café, kantor dengan konsep co-working space tanpa sekat - sekat memang sangat kental dengan kultur startup yang banyak diisi oleh anak - anak muda. Semakin lama, kerja di korporasi tidak lagi diminati oleh millennial Indonesia meskipun diiming - imingi gaji tinggi di perusahaan yang bergengsi.
Kenapa bisa begitu? Apa yang membedakan kultur kerja di startup dan korporasi besar?
Sebelum membahas itu, perlu diketahui bedanya startup dan korporasi. Startup adalah perusahaan rintisan yang belum lama didirikan dan sedang berada dalam pengembangan serta penelitian untuk menemukan pasar yang tepat. Sedangkan korporasi, perusahaan yang sudah mapan dari segi finansial dan SDM, yang telah beroperasi selama puluhan tahun dengan kematangan produk atau servis.
Ada begitu banyak perbedaan yang mencolok antara startup dan korporasi besar. Berikut 5 perbedaan mendasar antara kultur startup dengan korporasi besar:
1. Jam Kerja Startup Lebih Fleksibel Sedangkan Korporasi Punya Office Hour
Beberapa startup diatas kertas punya durasi jam kerja yang sudah ditetapkan tapi pada dasarnya, karyawan startup bekerja berbasis target pekerjaan dan tanggung jawabnya. Karyawan startup bisa mulai kerja lebih pagi atau siang, dan pulang lebih cepat atau lebih lama, tergantung bagaimana mereka menyelesaikan pekerjaanya.
Sedangkan korporasi, sudah punya jam kerja yang sudah disepakati dalam kontrak sehingga karyawan wajib menaati. Rata - rata office hour di Jakarta sekitar dari jam 08:00 - 17:00, atau 09:00 - 18:00, intinya durasi kerjanya sekitar 8 - 9 jam per hari. Tidak peduli pekerjaanmu sudah selesai lebih cepat, kalau belum selesai jam kerja ya tidak boleh pulang.
2. Startup Menggaji Pegawai Tanpa Tunjangan, Sementara Korporasi Selain Gaji Ada Bonus Dan Tunjangan
Startup biasa menggaji pegawainya lebih tinggi seiring meningkatnya funding dari investor maupun pendapatan perusahaan. Tetapi, kebanyakan startup tidak memberikan tunjangan kepada karyawannya seperti asuransi kesehatan, transportasi, dan makan. Selain itu, jarang ada yang namanya bonus karena startup harus berhati - hati menggunakan modal yang dimilikinya.
Di sisi lain, korporasi sudah memiliki standar gaji, tunjangan, dan bonus yang telah tertulis dalam peraturan perusahaan. Minimal karyawan korporasi mendapatkan tunjangan kesehatan berupa BPJS dan bonus sekian persen bila mencapai atau melebih target.
3. Pakaian Kerja Startup Bebas, Korporasi Sudah Ada Standarnya
Di beberapa gedung perkantoran Jakarta, terlihat sekali mana karyawan startup dan korporasi. Jika ada karyawan yang mondar - mandir hanya pakai kaos atau kemeja casual, jeans, dan sneekers, kemungkinan besar dia adalah karyawan startup. Sedangkan kalau terlihat orang yang memakai kemeja rapih dengan dimasukan ke dalam celana berbahan, menggunakan sepatu tantofel, atau berjas rapih, dipastikan dia adalah karyawan korporasi.
Startup tidak terlalu mementingkan pakaian kerja, bagi mereka yang lebih penting produktivitas kerja dan kontribusi terhadap perusahaan, sedangkan bagi korporasi berpakaian rapih menandakan kamu professional yang punya keterampilan serta bisa dipercaya.
4. Proses recruitment Startup Simpel, Korporasi Memiliki Tahap - Tahap
Dalam menjaring karyawan, startup mengandalkan koneksi dan kesamaan visi & misi dengan calon karyawan. Selama calon karyawan memiliki tujuan yang sama dengan startup, memiliki keterampilan, mau belajar, dan punya komitmen, maka dia sudah bisa bergabung.
Sementara korporasi harus melalui tahap - tahapan seleksi yang telah ditetapkan perusahaan seperti tes tertulis, psikotes, wawancara dengan HRD, dan wawancara dengan petinggi. Prosesnya cukup panjang bisa memakan waktu berbulan - bulan, agar perusahaan bisa menyaring kandidat terbaik untuk menjadi karyawannya.
5. Kantor Startup Bisa Dimana Saja, Korporasi Sudah Punya Kantor Tetap
Ada beberapa startup yang memang sudah punya kantor sendiri, tetapi kebanyakan startup yang baru merintis mereka memilih menyewa ruangan di co-working space, sewa ruko, atau kantor virtual yang mengandalkan platform internet. Modal yang belum besar menjadi faktor besar kenapa startup tidak memiliki basis kantor yang tetap.