19 August 2020, 05:38 PM
Kehamilan adalah hal yang paling membahagiakan bagi siapapun pasangan yang mandapatkan kabar tersebut. Mereka akan menjaga dengan sangat baik proses kehamilan tersebut, mulai dari asupan makanan, vitamin, hingga tidak melakukan hal-hal yang membahyakan ibu dan janin.
Namun, bagaimana jika diproses kehamilan tersebut seorang wanita didagnosa memiliki mola hidatidosa? Kehamilan mola atau mola hidatidosa merupakan komplikasi kehamilan langka yang ditandai dengan pertumbuhan abnornal dari sel yang membentuk plasenta saat masa kehamilan. Mola hidatidosa sering kali disebut oleh masyarakat Indonesia dengan hamil anggur.
Pada dasarnya hamil anggur terbagi atas dua jenis, yaitu:
• mola hidatidosa komplet, yaitu ditandai dengan jaringan plasenta yang tidak normal, bengkak dan membentuk kista yang berisi carian.
• mola hidatidosa parsial jaringan plasenta normal dan janin pun telah berbentuk. Tetapi, janin tersebut tidak akan bisa tumbuh dan akan mengalami keguguran pada awal kehamilan.
Tidak banyak yang tahu, bahwa hamil anggur ini sering kali menyebabkan komplikasi serius pada seorang wanita, seperti jenis kanker langka yang membutuhkan perawatan sejak dini. Jadi saat dokter mencurigai adanya kehamilan mola, maka ia akan menjalankan tes darah untuk mengukur tingkat hormon hCG dalam darah Anda, serta menyarankan untuk melakukan USG.
Umumnya, pada mola hidatidosa komplet pengecekan dengan USG dilakukan pada usia kandungan sekitar 8 minggu dan hasilnya biasanya akan menunjukkan tidak ada embrio atau janin, tidak ada cairan ketuban, dan kista ovarium.
Sedangkan hemilan mola parsial selama USG akan menunjukkan:
• Adanya janin namun memiliki hambatan untuk tumbuh (atau sulit untuk berkembang)
• Cairan ketuban rendah
• Plasenta yang tebal
Jika telah melewati proses tersebut maka dokter akan menyarankan beberapa pengobatan, misalnya saja seperti dilation and curettage (D&G), dengan cara melakukan operasi pengangkatan jaringan kista di rahim dengan menggunakan vakum.
Pengobatan lainnya adalah dengan cara histerektomi atau dengan pengangkatan rahim. Pada kondisi ini tentu sudah melalui persetujuan dari wanita tersebut dan memang tidak ingin hamil lagi. Cara yang ketiga adalah dengan pemantauan hCG, dengan mengontrol kadar hCD dalam tubuh wanita tersebut.
Faktor risiko mola hidatidosa
Banyak hal yang mempengaruhi hamil anggur. Oleh karena itu sampai saat ini belum ada faktor risiko tertentu yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengidap mola hidatidosa ini. Namun beberapa faktor berikut bis amenjadi penyebab hamil anggur.
• Usia ibu, kehamilan mola sangat mungkin terjadi jika seorang wanita hamil pada usia yang sudah cukup tua, atau di atas usia 35 tahun. Atau bahkan lebih muda lagi, hamil pada usia di bawah 20 tahun.
• Pernah mengalami hamil anggur sebelumnya, meskipun tidak selalu terjadi, namun jika sebelumnya pernah mengalami hamil anggur maka wanita tersebut berisiko mengalami mola hidatidosa lagi.
Setelah pengobatan apakah penderita mola hidatidosa dapat hamil lagi?
Setelah dilakukan pengobatan seperti di atas, umumnya seorang wanita dengan riwayat mola hidatidosa akan disarankan untuk menunda kehamilan dulu selama kurang lebih enam hingga 12 bulan lamanya. Hal ini untuk mengetahui apakah masih ada jaringa mola pada rahim setelah hamil anggur sebelumnya.
Pasalnya, jika proses pengangkatan kista tidak bersih maka bukan tidak mungkin jaringan tersebut akan muncul lagi. Jadi, mungkin terjadi jika Anda mengalami hamil anggur lagi, tetapi tingkat kemungkinannya sangat kecil, sekitar 1-2%. Maka dari itu penting untuk tetap melakukan kontrol saat hamil kembali engan USG.
Sebelum Anda mulai program hamil lagi, dokter akan melakukan pemantauan selama 6-12 bulan untuk Anda sebelum hamil lagi. Tentunya diharapkan kehamilan selanjutnya akan berjalan dengan baik dan tidak terulang lagi mola hidatidosa. Selama masa tunggu tersebut, Anda pun disarankan untuk menggunakan alat kontrasepsi dengan bantuan dokter Anda.
Jadi, Anda tidak perlu khawatir jika tidak bisa hamil lagi setelah mola hidatidosa. Karena kemungkinan untuk bisa hamil lagi sangat mungkin terjadi. Namun, Anda harus tetap mengukuti semua saran dokter selama masa pemulihan dan program kehamilan lagi.
Namun, bagaimana jika diproses kehamilan tersebut seorang wanita didagnosa memiliki mola hidatidosa? Kehamilan mola atau mola hidatidosa merupakan komplikasi kehamilan langka yang ditandai dengan pertumbuhan abnornal dari sel yang membentuk plasenta saat masa kehamilan. Mola hidatidosa sering kali disebut oleh masyarakat Indonesia dengan hamil anggur.
Pada dasarnya hamil anggur terbagi atas dua jenis, yaitu:
• mola hidatidosa komplet, yaitu ditandai dengan jaringan plasenta yang tidak normal, bengkak dan membentuk kista yang berisi carian.
• mola hidatidosa parsial jaringan plasenta normal dan janin pun telah berbentuk. Tetapi, janin tersebut tidak akan bisa tumbuh dan akan mengalami keguguran pada awal kehamilan.
Tidak banyak yang tahu, bahwa hamil anggur ini sering kali menyebabkan komplikasi serius pada seorang wanita, seperti jenis kanker langka yang membutuhkan perawatan sejak dini. Jadi saat dokter mencurigai adanya kehamilan mola, maka ia akan menjalankan tes darah untuk mengukur tingkat hormon hCG dalam darah Anda, serta menyarankan untuk melakukan USG.
Umumnya, pada mola hidatidosa komplet pengecekan dengan USG dilakukan pada usia kandungan sekitar 8 minggu dan hasilnya biasanya akan menunjukkan tidak ada embrio atau janin, tidak ada cairan ketuban, dan kista ovarium.
Sedangkan hemilan mola parsial selama USG akan menunjukkan:
• Adanya janin namun memiliki hambatan untuk tumbuh (atau sulit untuk berkembang)
• Cairan ketuban rendah
• Plasenta yang tebal
Jika telah melewati proses tersebut maka dokter akan menyarankan beberapa pengobatan, misalnya saja seperti dilation and curettage (D&G), dengan cara melakukan operasi pengangkatan jaringan kista di rahim dengan menggunakan vakum.
Pengobatan lainnya adalah dengan cara histerektomi atau dengan pengangkatan rahim. Pada kondisi ini tentu sudah melalui persetujuan dari wanita tersebut dan memang tidak ingin hamil lagi. Cara yang ketiga adalah dengan pemantauan hCG, dengan mengontrol kadar hCD dalam tubuh wanita tersebut.
Faktor risiko mola hidatidosa
Banyak hal yang mempengaruhi hamil anggur. Oleh karena itu sampai saat ini belum ada faktor risiko tertentu yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengidap mola hidatidosa ini. Namun beberapa faktor berikut bis amenjadi penyebab hamil anggur.
• Usia ibu, kehamilan mola sangat mungkin terjadi jika seorang wanita hamil pada usia yang sudah cukup tua, atau di atas usia 35 tahun. Atau bahkan lebih muda lagi, hamil pada usia di bawah 20 tahun.
• Pernah mengalami hamil anggur sebelumnya, meskipun tidak selalu terjadi, namun jika sebelumnya pernah mengalami hamil anggur maka wanita tersebut berisiko mengalami mola hidatidosa lagi.
Setelah pengobatan apakah penderita mola hidatidosa dapat hamil lagi?
Setelah dilakukan pengobatan seperti di atas, umumnya seorang wanita dengan riwayat mola hidatidosa akan disarankan untuk menunda kehamilan dulu selama kurang lebih enam hingga 12 bulan lamanya. Hal ini untuk mengetahui apakah masih ada jaringa mola pada rahim setelah hamil anggur sebelumnya.
Pasalnya, jika proses pengangkatan kista tidak bersih maka bukan tidak mungkin jaringan tersebut akan muncul lagi. Jadi, mungkin terjadi jika Anda mengalami hamil anggur lagi, tetapi tingkat kemungkinannya sangat kecil, sekitar 1-2%. Maka dari itu penting untuk tetap melakukan kontrol saat hamil kembali engan USG.
Sebelum Anda mulai program hamil lagi, dokter akan melakukan pemantauan selama 6-12 bulan untuk Anda sebelum hamil lagi. Tentunya diharapkan kehamilan selanjutnya akan berjalan dengan baik dan tidak terulang lagi mola hidatidosa. Selama masa tunggu tersebut, Anda pun disarankan untuk menggunakan alat kontrasepsi dengan bantuan dokter Anda.
Jadi, Anda tidak perlu khawatir jika tidak bisa hamil lagi setelah mola hidatidosa. Karena kemungkinan untuk bisa hamil lagi sangat mungkin terjadi. Namun, Anda harus tetap mengukuti semua saran dokter selama masa pemulihan dan program kehamilan lagi.