14 May 2015, 09:50 PM
Hasil riset penelitian yang dilakukan sebuah stasiun televisi berita di New Mexico, AS menyebutkan bahwa jenggot lebat pria sama kotornya dengan toilet. Riset ala kadarnya tersebut dilakukan dengan cara mengumpulkan sejumlah sampel dari jenggot lebat beberapa pria. Setelah diperiksa di bawah mikroskop, spesimen tersebut menunjukkan bahwa sejumlah rambut jenggot mengandung bakteri yang biasa terdapat di kotoran manusia. Hasil survei ini dibenarkan seorang pakar mikrobiologi setempat yang mengenali temuan mikro organisme tersebut sebagai enteric, yaitu bakteri yang biasa hidup di usus manusia.
Memang benar bahwa kotoran manusia mengandung bakteri enteric, tetapi bukan berarti bakteri tersebut sama persis dengan bakteri yang ditemukan di sampel jenggot tersebut. Selain itu, kadar bakteri yang ditemukan pada sampel jenggot ini tidak cukup tinggi untuk bisa sampai menyebabkan gangguan pada kesehatan manusia.
Pada kenyataannya, bakteri berbahaya seperti E.coli pun bisa ditemukan di kulit dan pakaian kotor. Jadi siapa pun yang tidak rajin mandi mencuci anggota badan mana pun dan mencuci pakaian secara benar tetap berpotensi dihinggapi bakteri-bakteri tersebut. Bukan hanya jenggot.
Komunitas pria berjenggot di internet pun tidak terima. Mereka menduga ada agenda tersembunyi di balik penyebarluasan berita tersebut, yaitu kampanye yang disponsori produsen produk-produk perlengkapan bercukur pria. Mereka mempertanyakan kesahihan hasil studi tersebut berdasarkan latar belakang pelaksanaan ‘penelitian’. Pertama, survei tersebut dilakukan seorang reporter berita, bukan ilmuwan. Kedua, si reporter hanya mengambil terlalu sedikit sampel yang tidak bisa dikatakan mewakili populasi.
Komunitas pria berjenggot ini menggarisbawahi bahwa pakar mikrobiologi yang diwawancarai televisi berita tersebut juga menyebutkan bahwa objek apa pun yang sering disentuh—termasuk sikat gigi, spons cuci piring, handuk, pakaian kotor, dan rambut di kepala manusia—juga mengandung banyak bakteri.
Sumber: Benarkah Jenggot Sekotor Toilet?
Memang benar bahwa kotoran manusia mengandung bakteri enteric, tetapi bukan berarti bakteri tersebut sama persis dengan bakteri yang ditemukan di sampel jenggot tersebut. Selain itu, kadar bakteri yang ditemukan pada sampel jenggot ini tidak cukup tinggi untuk bisa sampai menyebabkan gangguan pada kesehatan manusia.
Pada kenyataannya, bakteri berbahaya seperti E.coli pun bisa ditemukan di kulit dan pakaian kotor. Jadi siapa pun yang tidak rajin mandi mencuci anggota badan mana pun dan mencuci pakaian secara benar tetap berpotensi dihinggapi bakteri-bakteri tersebut. Bukan hanya jenggot.
Komunitas pria berjenggot di internet pun tidak terima. Mereka menduga ada agenda tersembunyi di balik penyebarluasan berita tersebut, yaitu kampanye yang disponsori produsen produk-produk perlengkapan bercukur pria. Mereka mempertanyakan kesahihan hasil studi tersebut berdasarkan latar belakang pelaksanaan ‘penelitian’. Pertama, survei tersebut dilakukan seorang reporter berita, bukan ilmuwan. Kedua, si reporter hanya mengambil terlalu sedikit sampel yang tidak bisa dikatakan mewakili populasi.
Komunitas pria berjenggot ini menggarisbawahi bahwa pakar mikrobiologi yang diwawancarai televisi berita tersebut juga menyebutkan bahwa objek apa pun yang sering disentuh—termasuk sikat gigi, spons cuci piring, handuk, pakaian kotor, dan rambut di kepala manusia—juga mengandung banyak bakteri.
Sumber: Benarkah Jenggot Sekotor Toilet?