23 September 2020, 05:44 PM
Tuna daksa merupakan kondisi fisik tubuh yang mengalami pertumbuhan dengan tidak sempurna. Biasanya, kelainan pertumbuhan terjadi pada area tulang dan sendi otot, namun tidak mempengaruhi pancaindra lainnya.
Penderita tuna daksa memiliki kondisi kesehatan mental dan fungsi-fungsi organ yang berjalan dengan baik. Kelainan hanya terjadi pada bagian fisik tertentu.
Faktor yang menyebabkan tuna daksa
Setiap pasien tuna daksa memiliki faktor penyebab yang berbeda-beda. Secara umum, penyebab ini digolongkan ke dalam tiga kategori, yaitu:
· Faktor prenatal
Faktor prenatal adalah faktor yang terjadi sebelum kelahiran. Faktor ini membuat seseorang mengalami kelainan fisik sejak masih dalam kandungan karena adanya kerusakan pada sistem saraf pusat.
Kelainan bayi dalam kandungan disebabkan oleh anoxia prenatal, sebuah kondisi akibat pemisahan bayi dari plasenta, anemia, rendahnya metabolisme sang ibu, percobaan aborsi, dan kondisi jantung ibu hamil yang tidak sehat.
Selain itu, hal ini juga bisa terjadi karena sang ibu mengalami trauma setelah kecelakaan. Trauma ini dapat mempengaruhi pembentukan sistem saraf pusat, menyebabkan bayi beresiko dilahirkan dengan kondisi cacat fisik.
· Faktor neonatal
Faktor neonatal adalah faktor yang terjadi saat proses melahirkan. Hal ini bisa disebabkan oleh banyak hal, seperti pendarahan pada otak saat melahirkan, kelahiran prematur, bentuk pinggul ibu yang terlalu kecil, posisi bayi sungsang, dan lain sebagainya.
Selain itu, faktor neonatal juga bisa terjadi akibat pemakaian anestesi yang berlebihan. Ketika operasi melahirkan, sang ibu akan dibius dengan anestesi agar tidak merasakan sakit.
Akan tetapi, pemberian anestesi yang terlalu banyak juga beresiko dalam merusak sistem saraf otak bayi yang menyebabkan disfungsi otak. Apabila hal ini terjadi, beberapa bagian tulang dan sendi otot mungkin akan mengalami kelainan.
· Faktor posnatal
Faktor postnatal merupakan faktor tuna daksa yang terjadi setelah bayi dilahirkan. Bayi mungkin memiliki kondisi fisik yang sehat dan normal saat dilahirkan, tapi beresiko mengalami kelainan fisik apabila menderita beberapa jenis penyakit tertentu.
Penyakit yang menjadi salah satu faktor posnatal adalah radang selaput otak, radang otak, influenza, diphteria, dan partusis. Penyakit-penyakit ini dapat membawa dampak fatal pada fungsi otak, terlebih jika diderita saat bayi masih berusia sangat muda.
Tidak hanya itu, mengalami benturan keras di bagian kepala atau terjatuh dari tempat yang tinggi juga bisa menyebabkan seseorang menjadi tuna daksa.
Kegiatan yang bisa dilakukan untuk pasien tuna daksa
Meski menderita kecacatan fisik, seorang tuna daksa tetap bisa melakukan berbagai jenis aktivitas sebagai hiburan. Ada beberapa rekomendasi hobi yang bisa dicoba, seperti:
· Memancing
Memancing merupakan salah satu jenis hobi yang bisa dilakukan oleh penderita tuna daksa. Penyandang disabilitas jenis apa pun bisa melakukan kegiatan ini, selama memiliki peralatan dan fasilitas pendukung.
Dengan fasilitas pendukung yang tepat, Anda dapat memancing sebagai upaya menghibur diri. Memancing membantu Anda dalam lebih menghargai alam dan menenangkan pikiran.
Ada banyak organisasi dunia yang mendukung kegiatan memancing untuk penyandang disabilitas dengan peralatan yang tepat.
· Scuba diving
Anda juga bisa mencoba scuba diving sebagai sarana hiburan. Saat menyelam, tubuh Anda seperti melayang atau tidak memiliki beban. Hal ini membantu dalam menenangkan pikiran dan membuat tubuh terasa lebih bebas bergerak.
Pasien tuna daksa bisa melakukan kegiatan scuba diving dengan menggunakan peralatan mendukung. Anda bisa mencari tempat wisata khusus yang menyediakan fasilitas untuk penyandang disabilitas.
Itulah beberapa hobi yang bisa dicoba oleh pasien tuna daksa. Jangan sampai, kondisi fisik yang Anda miliki menghambat upaya Anda menghibur diri.