28 October 2020, 11:29 AM
(This post was last modified: 28 October 2020, 11:34 AM by info.sehat.
Edit Reason: font
)
Tonsil atau amandel memiliki peran penting dalam kesehatan tubuh. Termasuk ke dalam bagian sistem limfatik, fungsi amandel yakni menyaring patogen seperti virus, kuman, dan bakteri yang hendak masuk ke dalam tubuh.
Sebagai baris terdepan, tak jarang amandel terinfeksi dan menyebabkan fungsi amandel terganggu. Amandel yang terinfeksi akan membengkak dan disebut sebagai radang amandel atau tonsilitis.
Jenis tonsilitis
Ada tiga jenis pembengkakan amandel yang umum terjadi, yaitu:
• Tonsilitis akut: Kondisi pertama kali infeksi menyerang dan terjadi pembengkakan. Dapat berlangsung selama 3 hari hingga 2 minggu.
• Tonsilitis berulang: Jika Anda terkena tonsilitis selama beberapa kali dalam satu tahun.
• Tonsilitis kronis: Telah terjadinya infeksi amandel dalam jangka waktu yang panjang. Kondisi ini juga disebut dengan hipertrofi tonsil.
Penyebab amandel membengkak
Amandel yang membengkak disebabkan oleh infeksi virus dan bakteri, dan pada banyak kasus disebabkan oleh bakteri Streptococcus pyogenes. Bakteri ini juga penyebab radang tenggorokan.
Penyebab lain tonsilitis antara lain:
• Adenovirus
• Virus campak
• Virus herpes simpleks tipe 1 (HSV-1)
• Virus Epstein-Barr (EBV)
• Sitomegalovirus
Tonsilitis dapat menyerang siapa saja, namun anak-anak lebih cenderung terkena infeksi ini. Anak-anak yang berusia 5 hingga 15 tahun umumnya terkena tonsilitis akibat infeksi bakteri. Pada anak yang lebih muda, tonsilitis biasanya disebabkan oleh infeksi virus.
Gejala tonsilitis
Amandel yang membengkak dan meradang dapat menyebabkan sulit bernapas. Selain itu, beberapa gejala yang umum menyertai tonsilitis antara lain:
• Demam
• Sakit kepala
• Sakit telinga
• Kehilangan selera makan
• Leher kaku
• Bau mulut
• Nyeri di sisi leher
• Terdapat lapisan putih kekuningan pada amandel
Pada anak-anak, amandel yang membengkak dan meradang juga dapat disertai dengan:
• Sakit perut
• Muntah
• Air liur berlebih
• Sulit makan dan menelan
Perlu diketahui bahwa gejala tonsilitis setiap orang berbeda-beda. Mungkin saja Anda mengalami demam namun pasien tonsilitis lainnya tidak merasakan hal yang sama.
Memulihkan fungsi amandel yang rusak
Amandel yang terinfeksi dapat menurunkan fungsi amandel dalam menjaga kekebalan tubuh. Sebelum memberi perawatan, dokter akan melakukan diagnosa dengan menjalani beberapa tes terlebih dahulu.
Setelah mengetahui faktor penyebab, dokter akan meresepkan beberapa obat termasuk antibiotik suntik dan oral. Antibiotik diberikan untuk mengatasi tonsilitis akibat infeksi bakteri.
Jika pembengkakan disebabkan oleh infeksi virus, dokter akan memberikan obat pereda sakit seperti asetaminofen (Tylenol) atau ibuprofen (Advil).
Pastikan meminum obat secara teratur, terutama antibiotik. Jika Anda melewatkan satu hari mengonsumsi antibiotik, bakteri dapat menjadi resisten atau kebal terhadap antibiotik dan menyebabkan komplikasi serius seperti demam rematik atau abses.
Saat perawatan, lakukan hal berikut untuk mempercepat pemulihan:
1. Banyak beristirahat
2. Penuhi asupan cairan tubuh dan hindari meminum minuman yang terlalu dingin atau panas
3. Minum minuman yang hangat seperti air madu, teh, sup, atau kaldu ayam
4. Rajin berkumur dengan larutan garam hangat sebanyak tiga sampai lima kali sehari
5. Jaga kelembaban udara dengan humidifier atau uap dari air mendidih
Agar tidak terjadi kekambuhan dan fungsi amandel kembali normal, minimalisir kebiasaan yang dapat menyebabkan amandel meradang seperti mengunyah tembakau, merokok, dan menghisap rokok elektronik. Bagi perokok pasif, hindari berlama-lama dari paparan asap rokok.
Tingkatkan sistem kekebalan tubuh dengan makan makanan sehat bernutrisi dan rajin berolahraga. Karena tonsilitis menular, hindari menggunakan peralatan pribadi orang lain dan batasi kontak fisik dengan orang yang sakit.
Catatan
Jika tonsilitis sering kambuh, dokter akan menyarankan operasi pengangkatan amandel atau tonsilektomi. Meski fungsi amandel akan tidak maksimal dan kekebalan tubuh Anda akan menurun, kondisi ini tidak bertahan lama. Kekebalan tubuh akan kembali pulih seiring berjalannya waktu.