14 April 2020, 12:43 PM
Istilah pectus excavatum tidak terlalu populer. Dalam definisi sederhana, inilah kondisi di mana tulang dada “tenggelam” ke dalam tubuh. Sehingga bagian dada penderita akan terlihat cekung.
Sejak bayi, kondisi pectus excavatum sudah dapat terlihat. Dan akan semakin jelas seiring bertambahnya waktu, terutama saat penderita memasuki usia remaja.
Menilik penyebab pectus excavatum
Kondisi pectus excavatum dipicu oleh kuatnya pertumbuhan jaringan ikat yang menghubungkan tulang rusuk ke tulang dada. Sehingga tulang dada justru tumbuh ke arah dalam.
Lalu, apakah yang menjadi penyebab jaringan ikat tersebut tumbuh begitu kuat? Sayangnya, hal ini belum diketahui penyebabnya secara pasti. Faktor genetik diduga memiliki peranan dalam memicu kondisi ini.
Seseorang dapat mengalami pectus excavatum sejak masih di dalam kandungan. Namun, kondisi ini dapat pula baru berkembang setelah bayi dilahirkan.
Kondisi ini dapat menimpa pria dan wanita. Meskipun kasus yang terjadi lebih banyak menimpa pria dibanding wanita.
Pectus excavatum kerap muncul pada pasien dengan gangguan medis tertentu, diantaranya:
• Sindrom marfan, yaitu suatu kelainan bawaan yang memengaruhi jaringan ikat.
• Sindrom Ehler-Danlos, kelainan bawaan yang memengaruhi kulit, sendi, serta pembuluh darah.
• Osteogenesis imperfecta, kelainan bawaan yang membuat tulang rapuh.
• Sindrom Noonan, kelainan ini membuat penderitanya memiliki bentuk wajah yang tidak biasa, berperawakan pendek, ada kelainan jantung bawaan, serta pertumbuhan rusuk yang tidak normal.
• Sindrom turner, suatu kelainan bawaan di mana bayi perempuan hanya terlahir dengan satu kromosom X.
Mengenal gejala pectus excavatum
Seperti telah disebutkan sebelumnya, maka sudah jelas sekali bahwa gejala utama dari pectus excavatum adalah masuknya tulang dada ke dalam tubuh. Dalamnya cekungan tulang tersebut akan berbeda pada masing-masing penderita. Cekungan tersebut juga dapat bertambah dalam seiring bertambahnya usia.
Sepintas mungkin kondisi ini terlihat tidak membahayakan. Namun pada kondisi yang cukup parah, tulang dada yang tumbuh ke dalam tersebut dapat menekan paru-paru dan jantung.
Jika sudah demikian tentu muncul gejala-gejala komplikasi. Penderita pectus excavatum dapat mengalami kesulitan bernafas, berkali-kali mengalami infeksi paru-paru, murmur jantung, dan detak jantung lebih cepat. Performa penderita saat melakukan aktivitas berat juga akan menurun, ketika berolahraga misalnya.
Cara mengatasi pectus excavatum
Jika sudah muncul gejala komplikasi seperti di atas, tentu penderita pectus excavatum perlu segera mencari bantuan medis. Dokter akan merekomendasikan cara yang tepat untuk mengatasi kondisi tersebut.
Dalam kondisi yang parah, kondisi pectus excavatum dapat diatasi dengan pembedahan. Berikut ini dua jenis operasi atau pembedahan yang dapat dilakukan.
1. Operasi nuss
Prosedur ini kerap dipilih, sebab operasi nuss memiliki sifat invasif yang minimal. Pada prosedur operasi nuss, dokter akan membuat sayatan kecil di bagian dada dan memasukkan logam berbentuk lengkung melalui sayatan tersebut. Logam ini akan mengangkat tulang dada kembali ke posisi normal.
Jumlah logam yang dibutuhkan sangat tergantung kondisi pasien. Kadang dibutuhkan lebih dari satu buah logam untuk memperbaiki kondisi pectus excavatum ini.
Setelah mencapai waktu sekitar 2 atau 3 tahun, logam tersebut akan dikeluarkan kembali dari dada pasien.
2. Operasi ravitch
Dibanding operasi nuss, operasi ravitch bersifat lebih invasif, sebab termasuk ke dalam prosedur operasi perbaikan terbuka. Dokter bedah akan membuat sayatan besar hingga tulang dada terlihat dengan jelas. Kemudian, beberapa tulang rawan akan diangkat dan diganti dengan logam.
Logam tersebut akan diangkat dari dada pasien setelah 6-12 bulan.
Semakin dini operasi dilakukan, hasilnya relatif akan lebih baik. Adapun waktu optimal untuk melakukan operasi tersebut adalah saat pasien pectus excavatum berusia remaja.
Sejak bayi, kondisi pectus excavatum sudah dapat terlihat. Dan akan semakin jelas seiring bertambahnya waktu, terutama saat penderita memasuki usia remaja.
Menilik penyebab pectus excavatum
Kondisi pectus excavatum dipicu oleh kuatnya pertumbuhan jaringan ikat yang menghubungkan tulang rusuk ke tulang dada. Sehingga tulang dada justru tumbuh ke arah dalam.
Lalu, apakah yang menjadi penyebab jaringan ikat tersebut tumbuh begitu kuat? Sayangnya, hal ini belum diketahui penyebabnya secara pasti. Faktor genetik diduga memiliki peranan dalam memicu kondisi ini.
Seseorang dapat mengalami pectus excavatum sejak masih di dalam kandungan. Namun, kondisi ini dapat pula baru berkembang setelah bayi dilahirkan.
Kondisi ini dapat menimpa pria dan wanita. Meskipun kasus yang terjadi lebih banyak menimpa pria dibanding wanita.
Pectus excavatum kerap muncul pada pasien dengan gangguan medis tertentu, diantaranya:
• Sindrom marfan, yaitu suatu kelainan bawaan yang memengaruhi jaringan ikat.
• Sindrom Ehler-Danlos, kelainan bawaan yang memengaruhi kulit, sendi, serta pembuluh darah.
• Osteogenesis imperfecta, kelainan bawaan yang membuat tulang rapuh.
• Sindrom Noonan, kelainan ini membuat penderitanya memiliki bentuk wajah yang tidak biasa, berperawakan pendek, ada kelainan jantung bawaan, serta pertumbuhan rusuk yang tidak normal.
• Sindrom turner, suatu kelainan bawaan di mana bayi perempuan hanya terlahir dengan satu kromosom X.
Mengenal gejala pectus excavatum
Seperti telah disebutkan sebelumnya, maka sudah jelas sekali bahwa gejala utama dari pectus excavatum adalah masuknya tulang dada ke dalam tubuh. Dalamnya cekungan tulang tersebut akan berbeda pada masing-masing penderita. Cekungan tersebut juga dapat bertambah dalam seiring bertambahnya usia.
Sepintas mungkin kondisi ini terlihat tidak membahayakan. Namun pada kondisi yang cukup parah, tulang dada yang tumbuh ke dalam tersebut dapat menekan paru-paru dan jantung.
Jika sudah demikian tentu muncul gejala-gejala komplikasi. Penderita pectus excavatum dapat mengalami kesulitan bernafas, berkali-kali mengalami infeksi paru-paru, murmur jantung, dan detak jantung lebih cepat. Performa penderita saat melakukan aktivitas berat juga akan menurun, ketika berolahraga misalnya.
Cara mengatasi pectus excavatum
Jika sudah muncul gejala komplikasi seperti di atas, tentu penderita pectus excavatum perlu segera mencari bantuan medis. Dokter akan merekomendasikan cara yang tepat untuk mengatasi kondisi tersebut.
Dalam kondisi yang parah, kondisi pectus excavatum dapat diatasi dengan pembedahan. Berikut ini dua jenis operasi atau pembedahan yang dapat dilakukan.
1. Operasi nuss
Prosedur ini kerap dipilih, sebab operasi nuss memiliki sifat invasif yang minimal. Pada prosedur operasi nuss, dokter akan membuat sayatan kecil di bagian dada dan memasukkan logam berbentuk lengkung melalui sayatan tersebut. Logam ini akan mengangkat tulang dada kembali ke posisi normal.
Jumlah logam yang dibutuhkan sangat tergantung kondisi pasien. Kadang dibutuhkan lebih dari satu buah logam untuk memperbaiki kondisi pectus excavatum ini.
Setelah mencapai waktu sekitar 2 atau 3 tahun, logam tersebut akan dikeluarkan kembali dari dada pasien.
2. Operasi ravitch
Dibanding operasi nuss, operasi ravitch bersifat lebih invasif, sebab termasuk ke dalam prosedur operasi perbaikan terbuka. Dokter bedah akan membuat sayatan besar hingga tulang dada terlihat dengan jelas. Kemudian, beberapa tulang rawan akan diangkat dan diganti dengan logam.
Logam tersebut akan diangkat dari dada pasien setelah 6-12 bulan.
Semakin dini operasi dilakukan, hasilnya relatif akan lebih baik. Adapun waktu optimal untuk melakukan operasi tersebut adalah saat pasien pectus excavatum berusia remaja.