Thread Rating:
  • 0 Vote(s) - 0 Average
  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
  • 5
Memahami Masa Inkubasi HIV pada Anak-Anak dan Bayi
#1
HIV atau penyakit yang menyerang daya tubuh atau sistem imun manusia, kini, amat ditakuti. Pasalnya, beberapa stigma melekat padanya. Makanya, tak jarang orang amat menghindari terinfeksi HIV, tak terkecuali pada mereka yang memiliki faktor risiko tinggi. Dalam proses penjangkitannya, virus satu ini memiliki istilah “Masa Inkubasi HIV” atau yang dalam istilah lain dikenal dengan “Window Period”. Masa inkubasi atau window period ini tentatif, artinya berbeda-beda tergantung pada beberapa kondisi tubuh si penderita. Lantas apa perbedaan masa inkubasi HIV pada orang dewasa dan anak-anak atau bayi?

Secara umum, masa inkubasi diartikan sebagai waktu yang dibutuhkan mikroorganisme dari mulai masuk ke tubuh hingga menimbulkan gejala klinis (sakit). Secara lebih spesifik, masa inkubasi HIV berarti waktu yang dibutuhkan HIV yang masuk ke tubuh (paparan) hingga menimbulkan gejala awal dan terdeteksi melalui pemeriksaan.
Perbedaan yang paling kentara antara masa inkubasi pada orang dewasa dan anak-anak adalah jangka waktunya. Umumnya, masa inkubasi HIV pada orang dewasa adalah 2-4 minggu. Jadi diperlukan waktu 2-4 minggu bagi HIV yang masuk ke tubuh hingga menimbulkan gejala awal.
Nah, jika pada anak-anak, masa itu mungkin akan lebih singkat lagi. Pasalnya, kasus HIV pada anak atau bayi disebabkan oleh penularan secara vertikal. Dalam kata lain, penularan HIV terjadi secara vertikal dari ibu si anak. Umumnya penularan tersebut terjadi saat proses persalinan dan menyusui oleh ibu yang terlebih dahulu telah memiliki riwayat HIV.
Mirisnya, jumlah anak penderita HIV menunjukkan angka yang tidak sedikit. Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat HIV telah menginfeksi sekitar 4 juta anak di dunia dan menyebabkan kematian hingga 3 juta anak. Setiap hari, ada lebih dari 1500 kasus infeksi HIV baru yang terjadi pada anak, khususnya pada bayi yang baru lahir.
Tahapan Masa Inkubasi HIV
Secara umum, tiada beda yang berarti dalam tahapan masa inkubasi antara orang dewasa dan anak-anak. Ada tiga tahapan besar, yakni “tahap awal”; “tahap kedua” atau biasa disebut “HIV Kronis”; dan berujung pada “tahap akhir” atau yang dikenal dengan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome).
Lagi-lagi, beda keduanya hanya terletak pada masa atau jangka waktu saja. HIV pada orang dewasa umumnya akan berkembang menjadi AIDS dalam tempo 5-10 tahun jika tak mendapat pengobatan sama sekali. Bila pada orang dewasa gejala infeksi HIV bervariasi berdasarkan tahapannya, mulai dari infeksi awal yang tidak khas hingga infeksi tahap lanjut, yaitu AIDS, pada anak sedikit berbeda. Gejala infeksi HIV pada anak sudah mulai tampak sejak awal terinfeksi hingga usia 8 tahun. Gejala tersebut terutama sangat terlihat pada tahun pertama kehidupannya.
Namun, indikasi atau tanda-tanda anak atau bayi terpapar HIV bisa dikenali lewat beberapa keadaan ini, di antaranya:
  • Gangguan Perkembangan
Bila dibandingkan dengan anak lain seusianya, anak yang terinfeksi HIV akan lebih lambat perkembangannya. Ia akan lebih lama menguasai kemampuan motorik kasar seperti duduk, tengkurap, merangkak, atau berdiri.
Hal ini sebenarnya masih berhubungan dengan gangguan pertumbuhan yang dialaminya. Berat badan yang sulit bertambah menyebabkan otot anak cenderung lebih kecil sehingga secara tidak langsung akan menghambat perkembangan motoriknya.
  • Berat Badan Tidak Bertambah
Tanda awal yang cukup jelas adalah berat badan yang sulit bertambah. Idealnya, bayi akan terus bertambah berat badannya setiap bulan hingga mencapai tiga kali berat lahir pada usia satu tahun. Namun, bayi yang terinfeksi HIV akan sulit bertambah berat badannya.
Pada grafik pertumbuhan akan cenderung tampak mendatar atau bahkan menurun. Hal ini disebabkan karena infeksi HIV menyebabkan metabolisme lemak tubuh terganggu, sehingga berat badan anak akan sulit bertambah dan tampak kurus. Infeksi HIV juga mengakibatkan resistensi terhadap insulin sehingga gula dari makanan tidak dapat diserap dan digunakan untuk pertumbuhan.
  • Kejang
Anak dengan infeksi HIV akan sering mengalami kejang dan gangguan saraf lainnya seperti gangguan berjalan. Kejang dapat terjadi kapan saja tanpa didahului demam, sehingga berbeda dengan kejang demam yang dialami anak-anak pada umumnya.
  • Ruam pada Kulit
Kulit anak yang mengalami infeksi HIV sering kali tampak ruam kemerahan yang tidak menonjol. Selain itu, berbagai infeksi kulit juga dapat terjadi seperti herpes zoster, infeksi jamur (tinea), dan infeksi bakteri (pioderma).
Bila anak mengalami cacar air (varicella) umumnya akan bersifat berat dan dapat berulang. Hal ini lagi-lagi terjadi karena sistem kekebalan tubuh yang menurun, sehingga menjadikan anak yang terinfeksi HIV mudah terserang penyakit infeksi.


Tanda-tanda di atas mungkin hanya gambaran umum yang telah terpetakan oleh para ahli medis. Tidak menutup kemungkinan bahwa anak yang terpapar HIV tidak menunjukkan gejala-gejala tersebut. Namun, jika ibu dari si anak sudah dipastikan positif, hal pertama yang harus dilakukan ketika bayi baru lahir adalah memeriksakan kondisinya. Hal itu untuk identifkasi awal. Semakin cepat diketahui, semakin cepat pula penanganan yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan anak. Tujuannya tak lain adalah mengupayakan agar si anak tidak “jatuh” lebih dalam pada masa inkubasi HIV.
Reply




Users browsing this thread: 1 Guest(s)

About Ziuma

ziuma - forum diskusi dan komunitas online. disini kamu bisa berdiskusi, berbagi informasi dan membentuk komunitas secara online. Bisa juga berdiskusi dengan sesama webmaster/blogger. forum ini berbasis mybb

              Quick Links

              User Links

             powered by