21 March 2018, 04:06 PM
Hari ini Donasi tidak lagi dikaitkan melulu dengan aktivitas keagamaan saja. Sejumlah badan amal baik yang berkaitan dengan keagamaan maupun tidak, telah memodernisasi dirinya guna menyesuaikan zaman serta prilaku manusia masa kini. Diiringi dengan semakin maraknya proses sosial, badan amal tersebut berpindah dari model lama dan mulai mengadopsi berbagai bentuk pendekatan antar manusia sebagai contoh yaitu berdonasi pendidikan unicef melalui yayasan donasi terpercaya. Di tengah kehidupan yang sangat-amat mungkin membuat individu semakin terkotak-kotakan dan menjadi kukuh dengan individualismenya, badan amal yang modern tersebut memungkinkan individu untuk berinteraksi, dan lebih jauh saling tolong-menolong, dengan individu lain secara maya maupun nyata.
Donasi bagi sebagian masyarakat dianggap sebagai hal yang sia-sia, karena terbukti lamban mengentaskan kemiskinan, serta melahirkan iklim ketergantungan; antara yang ditolong kepada yang menolong. Sikap manusia yang rakus, tidak bertanggung jawab dan malas, adalah momok bagi keberlangsungan Donasi. Kritik lain datang dari filsuf Jerman, Friedrich Engels, yang mengatakan bahwa Donasi hadir agar kaum proletar* yang ada dapat tersingkir atau tak terlihat ([i]unseen[/i]) dari jangkauan kaum borjuis serta agar kaum borjuis tidak merasa terganggu lagi dengan kehadiran mereka. Sedangkan pernyataan kritik terkini dari filsuf Slovania, Slavoj Zizek, mengatakan bahwa Donasi merupakan bentuk apologi kaum borjuis. Bagaimana maksudnya? Dengan gaya hidup tingkat tinggi yang dijalani kaum borjuis, Donasi dapat menghapuskan beban moril mereka (atas hedonisme yang dilakukannya), yakni dengan menolong sambil tetap menjalankan kebiasaannya (yang tak acuh dan hedon).
https://www.supportunicefindonesia.org/subscribe
https://www.supportunicefindonesia.org/subscribe