4 February 2021, 02:59 PM
Seorang bayi berusia 16 bulan bernama Jeongin meninggal setelah mendapatkan kekerasan berkali-kali dari orang tua yang mengadopsinya. Seorang pegawai rumah skit pun melaporkan kejadian ini ke polisi setelah mengetahui tanda-tanda kekerasan di tubuh bayi perempuan tersebut.
Belajar dari kisah bayi Jeongin, Anda sebaiknya tahu tindakan apa saja yang dilakukan untuk mencegah jikalau kejadian serupa terjadi di sekitar Anda. Sebagai kakek, nenek, saudara, atau teman pelaku kekerasan, mungkin Anda tak mudah untuk mendeteksinya di awal. Bahkan banyak kasus kekerasan selama ini terjadi seringkali tidak terdeteksi.
Kemampuan yang Anda miliki bisa digunakan untuk memperbaiki nasib dan kehidupan seorang anak. Berikut ini tindakan-tindakan yang bisa mendeteksi anak-anak yang mengalami kekerasan.
Kenali ciri-cirinya
Ciri-ciri anak yang mengalami kekerasan tidak selalu jelas, namun Anda dapat mengamatinya lewat berbagai perubahan yang dianggap kurang wajar. Beberapa ciri-ciri tersebut diantaranya:
Fisik: luka bakar, memar, atau patah tulang yang tidak dapat dijelaskan atau bisa dijelaskan namun terdengar janggal
Emosi: perkembangan emosi lambat, kehilangan kepercayaan diri, kehilangan antusiasme dan ketertarikan terhadap sesuatu, depresi, menghindari rutinitas seperti sekolah atau mandi, serta kehilangan kemampuan atau ketrampilan yang pernah dimiliki sebelumnya
Seksual: perkembangan seksual yang tidak sesuai dengan umurnya, hamil atau terjangkit infeksi seksual, terdapat darah di pakaian dalam, mengakui secara langsung, melakukan kontak seksual yang tidak biasa ke anak-anak lain
Penelantaran: pertumbuhan dan perkembangan buruk, higienitas buruk, kekurangan pakaian, mencuri uang atau makanan, tidak mendapatkan perhatian saat sakit
Berbicara secara langsung dan kehadiran di sekolah tentunya terjadi hanya pada anak-anak seusianya. Kekerasan pada bayi lebih banyak dilihat melalui tanda-tanda yang nampak saja.
Bicara pada anak
Akan lebih mudah jika anak telah mampu berbicara dengan lancar. Anda bisa berbicara dengan pendekatan yang tepat. Berikut ini cara komunikasi kepada anak yang diduga mengalami kekerasan:
Pilih waktu dan tempat yang nyaman, serta hindari membicarakan kisah kekerasan anak di depan umum
Perhatikan nada bicara Anda. Usahakan untuk tidak memulainya dengan nada serius karena akan menimbulkan rasa takut sehingga anak akan memberikan jawaban yang mungkin ingin Anda dengar
Bicara langsung ke anak dengan pertanyaan yang sifatnya samar. Misal “Apakah orang itu menyentuh kamu?”. Padahal maksud dari pembicaraan Anda yaitu untuk mengulik pelaku yang menyakitinya
Dengarkan dan biarkan anak bicara sebebas mungkin kemudian tunggu hingga anak berhenti sejenak. Tanggapi poin-poin yang sekiranya ingin Anda ketahui
Hindari perkataan dan sikap menyalahkan karena akan semakin meningkatkan ketakutan dan membuat anak lebih tertutup
Yakinkan kepada anak bahwa mereka sedang tidak dalam masalah, pertanyaan yang diajukan hanyalah bentuk kekhawatiran dan rasa sayang
Bersikap sabar menjadi hal yang penting sebab anak mungkin akan terbata-bata saat berbicara. Di sisi lain, anak mungkin juga mendapat ancaman dari pelaku
Laporkan
Beritahu kejahatan atau kekerasan ke pihak berwajib, meskipun laporan Anda justru akan meningkatkan risiko anak mendapatkan kekerasan lagi. Tak menutup kemungkinan jika Anda juga akan mendapatkan ancaman. Oleh karena itu, pastikan anak berada di tempat yang aman. Terangkan kepada anak bahwa Anda akan menemui seseorang yang dapat membantu.
Pihak berwenang mungkin akan meminta informasi mengenai kejadian kepada Anda dan korban. Selama proses penyelidikan, terus dampingi anak karena serangkaian peristiwa ini merupakan hal yang baru baginya. Beri dukungan dan pastikan anak selalu dalam keadaan aman. Anda juga bisa meminta bantuan psikkolog untuk membantu pemulihan mental.
Belajar dari kisah bayi Jeongin, Anda sebaiknya tahu tindakan apa saja yang dilakukan untuk mencegah jikalau kejadian serupa terjadi di sekitar Anda. Sebagai kakek, nenek, saudara, atau teman pelaku kekerasan, mungkin Anda tak mudah untuk mendeteksinya di awal. Bahkan banyak kasus kekerasan selama ini terjadi seringkali tidak terdeteksi.
Kemampuan yang Anda miliki bisa digunakan untuk memperbaiki nasib dan kehidupan seorang anak. Berikut ini tindakan-tindakan yang bisa mendeteksi anak-anak yang mengalami kekerasan.
Kenali ciri-cirinya
Ciri-ciri anak yang mengalami kekerasan tidak selalu jelas, namun Anda dapat mengamatinya lewat berbagai perubahan yang dianggap kurang wajar. Beberapa ciri-ciri tersebut diantaranya:
Fisik: luka bakar, memar, atau patah tulang yang tidak dapat dijelaskan atau bisa dijelaskan namun terdengar janggal
Emosi: perkembangan emosi lambat, kehilangan kepercayaan diri, kehilangan antusiasme dan ketertarikan terhadap sesuatu, depresi, menghindari rutinitas seperti sekolah atau mandi, serta kehilangan kemampuan atau ketrampilan yang pernah dimiliki sebelumnya
Seksual: perkembangan seksual yang tidak sesuai dengan umurnya, hamil atau terjangkit infeksi seksual, terdapat darah di pakaian dalam, mengakui secara langsung, melakukan kontak seksual yang tidak biasa ke anak-anak lain
Penelantaran: pertumbuhan dan perkembangan buruk, higienitas buruk, kekurangan pakaian, mencuri uang atau makanan, tidak mendapatkan perhatian saat sakit
Berbicara secara langsung dan kehadiran di sekolah tentunya terjadi hanya pada anak-anak seusianya. Kekerasan pada bayi lebih banyak dilihat melalui tanda-tanda yang nampak saja.
Bicara pada anak
Akan lebih mudah jika anak telah mampu berbicara dengan lancar. Anda bisa berbicara dengan pendekatan yang tepat. Berikut ini cara komunikasi kepada anak yang diduga mengalami kekerasan:
Pilih waktu dan tempat yang nyaman, serta hindari membicarakan kisah kekerasan anak di depan umum
Perhatikan nada bicara Anda. Usahakan untuk tidak memulainya dengan nada serius karena akan menimbulkan rasa takut sehingga anak akan memberikan jawaban yang mungkin ingin Anda dengar
Bicara langsung ke anak dengan pertanyaan yang sifatnya samar. Misal “Apakah orang itu menyentuh kamu?”. Padahal maksud dari pembicaraan Anda yaitu untuk mengulik pelaku yang menyakitinya
Dengarkan dan biarkan anak bicara sebebas mungkin kemudian tunggu hingga anak berhenti sejenak. Tanggapi poin-poin yang sekiranya ingin Anda ketahui
Hindari perkataan dan sikap menyalahkan karena akan semakin meningkatkan ketakutan dan membuat anak lebih tertutup
Yakinkan kepada anak bahwa mereka sedang tidak dalam masalah, pertanyaan yang diajukan hanyalah bentuk kekhawatiran dan rasa sayang
Bersikap sabar menjadi hal yang penting sebab anak mungkin akan terbata-bata saat berbicara. Di sisi lain, anak mungkin juga mendapat ancaman dari pelaku
Laporkan
Beritahu kejahatan atau kekerasan ke pihak berwajib, meskipun laporan Anda justru akan meningkatkan risiko anak mendapatkan kekerasan lagi. Tak menutup kemungkinan jika Anda juga akan mendapatkan ancaman. Oleh karena itu, pastikan anak berada di tempat yang aman. Terangkan kepada anak bahwa Anda akan menemui seseorang yang dapat membantu.
Pihak berwenang mungkin akan meminta informasi mengenai kejadian kepada Anda dan korban. Selama proses penyelidikan, terus dampingi anak karena serangkaian peristiwa ini merupakan hal yang baru baginya. Beri dukungan dan pastikan anak selalu dalam keadaan aman. Anda juga bisa meminta bantuan psikkolog untuk membantu pemulihan mental.