10 August 2015, 01:46 PM
Metrotvnews.com, Jakarta: Indonesia kembali menjadi tuan rumah penyelenggaraan pameran serta konferensi beton dan konstruksi di Asia Tenggara, Concrete Show South East Asia (SEA) 2014. Pameran ini merupakan platform yang tepat bagi para pemain di industri konstruksi baik di Indonesia maupun kawasan Asia Tenggara untuk memperluas jaringan dan mengembangkan bisnisnya. Concrete Show SEA 2014 diselenggarakan selama tiga hari, 15-17 Oktober 2014 di Jakarta International Expo, Kemayoran, Jakarta.
Berdasarkan Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) 2014, infrastruktur di Indonesia menempati peringkat 61 dari 144 negara. Posisi ini masih berada jauh dari Malaysia dan Thailand. Begitu pula dari data World Economic Forum pada 2013-2014, tingkat daya saing bandara Indonesia di dunia masih berada di urutan 68, sedangkan Malaysia dan Thailand menempati ranking 20 dan 34. Padahal infrastruktur merupakan salah satu fokus utama di era pemerintahan baru Jokowi-JK terutama pembangunan tol laut dan kereta jalur ganda. Tidak hanya itu, Jokowi juga akan membangun 2.000 KM jalan baru, merenovasi 10 pelabuhan dan bandara, 10 area industri beserta hunian bagi para buruh, dan setidaknya 5.000 pasar tradisional. Prioritas ini juga akan dikemukakan pada pertemuan G20 di Brisbane, Australia, pada November 2014.
Dalam siaran pers yang diterima, Jakarta, Kamis (9/10/2014), Ir Hediyanto W Husaini MSCE MSi mengatakan, "Pembenahan infrastruktur telah menjadi prioritas dan berpengaruh signifikan bagi peningkatan ekonomi Indonesia ke depan. Hal ini terlihat jelas terkait dengan rencana di era pemerintahan baru yang khusus akan membentuk kementerian infrastruktur, karena pembangunan infrastruktur merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi dan faktor utama yang menjadikan Indonesia sebagai salah satu Negara yang mengalami kemajuan terbesar." Kepala Badan Pembinaan Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum itu menambahkan keadaan infrastrukur Indonesia secara keseluruhan jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga masih tertinggal jauh sehingga membutuhkan pengembangan yang signifikan, termasuk jalan, rel, pelabuhan, transportasi udara, jaringan listrik, dan jaringan komunikasi. Hal ini merupakan tantangan yang harus dibenahi mengingat derasnya investasi yang masuk ke Indonesia.
Indonesia diprediksi membutuhkan investasi infrastruktur senilai minimal 7% dari Produk Domestik Bruto untuk mengejar pertumbuhan ekonomi sesuai target pada Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), yaitu 7%-9% selepas 2014. Guna merealisasikan rencana ini dibutuhkan kolaborasi antara pemerintah dan pihak-pihak terkait, yang kemudian mengarah kepada kebutuhan dan permintaan akan penyediaan platform sebagai ajang bagi para pemain di industri infrastruktur untuk bertemu dan saling berinteraksi menjalin networking. "Indonesia menjadi tuan rumah penyelanggaraan Concrete Show SEA 2014 adalah berdasarkan data Asia Construction Outlook, AECOM 2014, bahwa Indonesia adalah pasar jasa konstruksi terbesar di ASEAN dengan nilai sebesar US$267 miliar dan merupakan pasar jasa konstruksi yang paling menguntungkan di ASEAN dan nomor 2 terbesar di Asia. Concrete Show SEA 2014 akan memfasilitasi pembeli dan supplier melalui berbagai macam produk, jasa dan teknologi beton dan konstruksi seperti concrete mixer, batching plant, mesin bata ringan, dan teknologi besi beton; meningkatkan pengetahuan industri dan terlibat dalam diskusi khusus. Dengan luas lokasi pameran 1,5 kali lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya," ungkap
Christopher Eve, Presiden Direktur PT UBM Pameran Niaga.
Concrete Show South East Asia 2014 diikuti oleh 200 perusahaan dari 23 negara termasuk Indonesia, Belgium, Denmark, Jerman, Inggris, Italia, Perancis, Kanada, Amerika Serikat, Swiss, Malaysia, Singapura, Jepang, Tiongkok, Turki, Norwegia, Vietnam, dan lainnya. Perusahaan terkemuka dari Indonesia antara lain Kyokuto Indomobil, Adhi Beton, Waskita Karya, Indocement, Precast Concrete Indonesia, JHS, Pionir Beton juga turut berpartisipasi.
sumber
[url=http://ekonomi.metrotvnews.com/read/2014/10/09/302701/indonesia-gelar-concrete-show-south-east-asia][/url]
Berdasarkan Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) 2014, infrastruktur di Indonesia menempati peringkat 61 dari 144 negara. Posisi ini masih berada jauh dari Malaysia dan Thailand. Begitu pula dari data World Economic Forum pada 2013-2014, tingkat daya saing bandara Indonesia di dunia masih berada di urutan 68, sedangkan Malaysia dan Thailand menempati ranking 20 dan 34. Padahal infrastruktur merupakan salah satu fokus utama di era pemerintahan baru Jokowi-JK terutama pembangunan tol laut dan kereta jalur ganda. Tidak hanya itu, Jokowi juga akan membangun 2.000 KM jalan baru, merenovasi 10 pelabuhan dan bandara, 10 area industri beserta hunian bagi para buruh, dan setidaknya 5.000 pasar tradisional. Prioritas ini juga akan dikemukakan pada pertemuan G20 di Brisbane, Australia, pada November 2014.
Dalam siaran pers yang diterima, Jakarta, Kamis (9/10/2014), Ir Hediyanto W Husaini MSCE MSi mengatakan, "Pembenahan infrastruktur telah menjadi prioritas dan berpengaruh signifikan bagi peningkatan ekonomi Indonesia ke depan. Hal ini terlihat jelas terkait dengan rencana di era pemerintahan baru yang khusus akan membentuk kementerian infrastruktur, karena pembangunan infrastruktur merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi dan faktor utama yang menjadikan Indonesia sebagai salah satu Negara yang mengalami kemajuan terbesar." Kepala Badan Pembinaan Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum itu menambahkan keadaan infrastrukur Indonesia secara keseluruhan jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga masih tertinggal jauh sehingga membutuhkan pengembangan yang signifikan, termasuk jalan, rel, pelabuhan, transportasi udara, jaringan listrik, dan jaringan komunikasi. Hal ini merupakan tantangan yang harus dibenahi mengingat derasnya investasi yang masuk ke Indonesia.
Indonesia diprediksi membutuhkan investasi infrastruktur senilai minimal 7% dari Produk Domestik Bruto untuk mengejar pertumbuhan ekonomi sesuai target pada Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), yaitu 7%-9% selepas 2014. Guna merealisasikan rencana ini dibutuhkan kolaborasi antara pemerintah dan pihak-pihak terkait, yang kemudian mengarah kepada kebutuhan dan permintaan akan penyediaan platform sebagai ajang bagi para pemain di industri infrastruktur untuk bertemu dan saling berinteraksi menjalin networking. "Indonesia menjadi tuan rumah penyelanggaraan Concrete Show SEA 2014 adalah berdasarkan data Asia Construction Outlook, AECOM 2014, bahwa Indonesia adalah pasar jasa konstruksi terbesar di ASEAN dengan nilai sebesar US$267 miliar dan merupakan pasar jasa konstruksi yang paling menguntungkan di ASEAN dan nomor 2 terbesar di Asia. Concrete Show SEA 2014 akan memfasilitasi pembeli dan supplier melalui berbagai macam produk, jasa dan teknologi beton dan konstruksi seperti concrete mixer, batching plant, mesin bata ringan, dan teknologi besi beton; meningkatkan pengetahuan industri dan terlibat dalam diskusi khusus. Dengan luas lokasi pameran 1,5 kali lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya," ungkap
Christopher Eve, Presiden Direktur PT UBM Pameran Niaga.
Concrete Show South East Asia 2014 diikuti oleh 200 perusahaan dari 23 negara termasuk Indonesia, Belgium, Denmark, Jerman, Inggris, Italia, Perancis, Kanada, Amerika Serikat, Swiss, Malaysia, Singapura, Jepang, Tiongkok, Turki, Norwegia, Vietnam, dan lainnya. Perusahaan terkemuka dari Indonesia antara lain Kyokuto Indomobil, Adhi Beton, Waskita Karya, Indocement, Precast Concrete Indonesia, JHS, Pionir Beton juga turut berpartisipasi.
sumber
[url=http://ekonomi.metrotvnews.com/read/2014/10/09/302701/indonesia-gelar-concrete-show-south-east-asia][/url]