5 May 2020, 12:23 PM
Photo credit: Pinterest Halo Jasa
Kultur kerja menjadi salah satu hal yang dipertimbangkan oleh karyawan atau pekerja pada zaman sekarang. Kalau dulu banyak pekerja yang memilih membangun karier di perusahaan besar atau korporasi besar, kini trennya sudah bergeser. Mereka cenderung lebih memilih berkarier di sebuah startup, seperti misalnya Halo Jasa. Oleh sebab itu, kultur kerja ini harus dimiliki oleh semua bisnis, perusahaan, korporasi, institusi, lembaga, dsb, entah itu yang sudah lama beroperasi, atau masih rintisan.
.
Apa itu kultur kerja?
Kultur kerja, atau kultur perusahaan, adalah identitas suatu perusahaan. Kultur kerja terbentuk dari kebiasaan, peraturan, dan norma yang diterapkan dalam suatu badan kerja. Kultur ini bisa dari atasan atau pimpinan, berupa aturan yang berlaku untuk seluruh karyawan. Bisa juga berasal dari interaksi antar karyawan yang kemudian menjadi sebuah kebiasaan. Keduanya kemudian menyatu jadi kultur kerja yang berlaku.
.
Kultur kerja ini juga bisa dibilang sebagai budaya kerja yang ada di sebuah perusahaan. Kultur akan membentuk dan memengaruhi atmosfer. Atmosfer, akan memengaruhi bagaimana karyawan harus bertindak, berlaku, dan bersikap selama waktu bekerja.
Karena kebiasaan serta peraturan yang diterapkan dalam perusahaan sudah pasti berbeda satu sama lain, maka tidak ada kultur kerja seperti apa yang pasti. Setiap perusahaan memiliki kultur kerjanya sendiri. Memiliki suasana kerja, aturan, interaksi, dan kebiasaan yang berbeda. Di mana kemudian hal ini menjadi keunikan dan daya tarik yang akan dipertimbangkan oleh karyawan.
.
Seperti apa kultur kerja yang disenangi oleh karyawan atau pekerja?
Setiap orang pasti punya preferensi yang berbeda akan pilihan dalam hidup. Ada yang senang dengan kebebasan, dan yang senang juga dengan keteraturan dan batasan. Semua itu tidak ada yang salah, dan memang diperbolehkan.
.
Namun, yang unik dari fenomena yang terjadi di akhir-akhir ini adalah banyak karyawan yang lebih suka bekerja di perusahaan dengan kultur yang bebas dan “cair”. Di mana batasan antara atasan dan bawahan begitu tipis. Karyawan bisa bebas dan nyaman menyampaikan aspirasi, ide, dan pemikiran kepada atasan langsung, tanpa melalui struktur kerja yang lain. Karyawan juga punya kesempatan untuk berdiskusi dan bertukar ide dengan atasan agar bisnis berjalan lancar.
.
Nah, kultur cair dan bebas ini, kebanyakan ditemukan pada perusahaan rintisan, atau startup seperti Halo Jasa. Perusahaan ini adalah startup yang mengembangkan aplikasi on-demand dengan empat layanan utama; service AC, jasa salon mobil panggilan, cleaning service, dan reflexology massage, Bekerja di startup ini memberikan kesempatan pada karyawan untuk berbagi insight, brainstorming, dan berinteraksi satu sama lain, termasuk pada atasan.
.
Kultur ini mungkin jarang ditemukan di korporasi besar, karena biasanya sudah lebih banyak aturan, nilai, dan norma yang diterapkan. Karyawan di korporasi besar akan sedikit sulit menyampaikan ide, pendapat, dan insight kepada atasan tertinggi di perusahaan. Kalau memang mau menyampaikan ide, hanya pada pimpinan bagian ia bekerja.
.
Manfaat menerapkan kultur kerja di perusahaan
Keuntungan dari menerapkan kultur kerja yang cair seperti di atas adalah:
.
· Setiap sumber daya yang ada di perusahaan bisa membaca dan mengetahui situasi yang sedang terjadi.
· Atasan bisa mengetahui karakteristik karyawan yang bekerja di sana. Termasuk, bagaimana mereka menyelesaikan sesuatu, apa yang disukai dan tidak disukai.
· Lebih mudah untuk membuat strategi bisnis ke depannya, karena semua bisa memberi ide dan pandangan.
· Setiap sumber daya di perusahaan bisa kolaborasi dan berinovasi dengan baik agar tujuan tercapai.
· Lebih mudah untuk menarik sumber daya unggul dan berbobot. Bila kultur baik, akan banyak yang berminat.
.
Itu lah mengapa Halo Jasa menerapkan kultur kerja menarik, kultur yang cair di mana semua bisa berkolaborasi, berinovasi, berkreasi, dan bekerja sama demi mencapai target yang sudah ditentukan.