21 June 2017, 01:12 PM
Berita Unik - Lebaran semakin dekat, dan jutaan warga perantauan di kota-kota besar Indonesia akan menjalani "ritual" tahunan massal yaitu mudik alias pulang kampung. Sebagai kota metropolitan dan ibukota negara, Jakarta merupakan yang paling banyak akan ditinggalkan penduduknya.
Kementerian Perhubungan memprediksi, jumlah pemudik lebaran tahun 2017 ini mencapai 19 juta orang. Yang terbanyak tentu saja dari Jakarta dan sekitarnya. Angka tersebut naik hampir 5 persen, dibandingkan jumlah pemudik setahun lalu.
Yang menarik, untuk mengangkut jumlah pemudik sebanyak itu ke berbagai kota di Indonesia, berbagai sarana transportasi pun digunakan. Mulai dari mobil pribadi dan umum, kereta api, kapal laut, dan pesawat. Bukan hanya itu, tapi juga angkutan yang tak lazim untuk menempuh perjalanan luar kota seperti bajaj dan sepeda motor.
Mudik Bermotor bak Sirkus
Sepeda motor sebenarnya tidak dirancang untuk perjalanan jauh antar-kota. Itulah kenapa, pemerintah dan kepolisian selalu mengimbau untuk tak mudik menggunakan motor.
Namun kenyataannya, kendaraan roda dua ini dianggap paling efektif digunakan saat mudik khususnya untuk menembus kemacetan panjang. Sayangnya, kendaraan yang hanya bisa memuat 2 orang ini, sering juga digunakan melebihi kapasitas angkutnya.
Untuk mencegah kecelakaan mudik pesepeda motor, pemerintah sejak beberapa tahun terakhir menyediakan angkutan motor gratis ke kampung halaman. Sementara pemiliknya, bisa mudik menggunakan angkutan lain yang lebih layak dan aman.
Menembus Pantura dengan Bajaj
Kendaraan roda tiga asal India ini, banyak didapati di jalanan kota Jakarta. Bajaj, sejatinya merupakan angkutan lingkungan untuk jarak dekat di kawasan permukiman.
Namun pada musim mudik lebaran setiap tahun, tak jarang kita menemui bajaj digunakan sebagai angkutan mudik. Tak hanya mengangkut penumpang, kadang pengemudinya juga memuat barang yang tak tanggung-tanggung beratnya ke atas kendaraan mungil ini.
Bertaruh Nyawa di Atas Kereta
Seperti juga di Indonesia, warga Bangladesh pun memiliki tradisi mudik. Pada musim mudik, penumpang berdesakan menumpang setiap bagian dari kereta termasuk di lokomotif. (Foto: nydailynews.com)
Tradisi mudik tak hanya di Indonesia, hal serupa juga dilakukan warga Muslim di Bangladesh. Seperti di Indonesia warga sejumlah kota Bangladesh pulang ke kampung halaman pada hari raya.
Kereta menjadi angkutan yang paling populer, hingga satu rangkaian bisa diserbu seribuan penumpang. Tak dapat dipastikan juga jika di bagian dalam kereta sudah sedemikan penuh, namun sepertinya sudah menjadi kebiasaan untuk memenuhi atap dan bergelantungan di pinggir kereta.
Berdesakan Menembus Kapal
Penumpang berdesakan ketika naik ke Kapal Tilongkabila tujuan Bima, NTB di Pelabuhan Soekarno Hatta, Makassar, Sulsel, pada musim mudik lebaran 2016 lalu. (Foto: Antara/ Sahrul Manda Tikupadang)
Bagi warga di sejumlah wilayah kepulauan, kapal laut menjadi angkutan paling jamak dan murah untuk digunakan mudik. Karena waktu tempuh perjalanan lebih lama, puncak arus mudik kapal laut biasanya terjadi lebih awal sebelum lebaran.
Jika mudik darat, pengendara harus siap bermacet-macet di jalanan. Maka tantangan bagi pemudik kapal laut adalah berdesakan di pelabuhan, hingga berjubel naik ke kapal.
Apalagi jadwal pemberangkatan kapal biasanya hanya satu atau dua kali dalam sepekan, tidak seperti kereta, bus, atau pesawat yang jam-jaman. Tak mengherankan jika penumpang kapal seolah "takut ketinggalan" jika harus menunda keberangkatan.
sumber : https://www.arah.com/lifestyle.html