5 March 2021, 12:44 AM
Pyrophobia bisa hanya berbentuk ketidaknyamanan dan bisa diatasi dengan mudah. Misalnya, Anda menghindari acara yang menggunakan kembang api atau berkemah karena sudah pasti ada barbeque dan api unggun. Namun untuk beberapa kasus, fobia ini bisa menjadi lebih serius. Pyrophobia bisa mengganggu aktivitas sehari-hari, pekerjaan di kantor, bahkan sampai hubungan sosial.
Jika ketakutan terhadap api sudah begitu mengganggu, segera konsultasikan dengan dokter. Profesional akan melakukan wawancara sebagai tahap pertama pemeriksaan. Semua hal mengenai ketakutan, penyebab, dan gejala pyrophobia akan dicari tahu termasuk riwayat medis penderita. Setelah itu, dokter akan memutuskan penanganan apa yang cocok untuk mengatasi gejala pyrophobia, di antaranya yaitu:
Terapi Paparan
Saat penderita fobia merasa takut, mereka cenderung menghindari objek yang menimbulkan rasa takut tersebut. Untuk orang dengan pyrophobia maka ia akan berusaha untuk menghindari semua yang berhubungan dengan api. Melalui terapi paparan, orang dengan pyrophobia justru akan dihadapkan dengan sumber ketakutannya. Dokter akan memberikan paparan secara bertahap dan berulang untuk membantu mengelola rasa panik dan cemas. Terapi paparan memiliki beragam variasi dan prosedur, tergantung dari kesepakatan penderita fobia dengan terapis. Untuk hydrophobia, biasanya dimulai dengan berpikir dan berbicara tentang api, melihat gambar api, kemudian mendekati api dari jarak jauh dan perlahan semakin mendekat. Terapi paparan biasanya dipadukan dengan terapi relaksasi.
Teori Perilaku Kognitif
Terapi perilaku kognitif dilakukan dengan cara berdiskusi untuk mengidentifikasi pemikiran negatif dan rasa takut yang muncul ketika melihat objek pemicu fobia. Melalui identifikasi tersebut bisa diketahui bagaimana pengaruh pola pikir terhadap gejala kecemasan yang dialami. Terapis dan orang dengan pyrophobia akan bekerja sama untuk mengganti pikiran tersebut dengan hal yang lebih efektif dan bisa meringankan gejala yang muncul. Selama proses terapi berlangsung, penderita akan diajak untuk menyadari bahwa api yang selama ini menjadi sumber ketakutannya tidak memberi ancaman berarti dan ketakutan tersebut tidak sesuai dengan kenyataan. Terapi ini juga membantu penderita pyrophobia untuk mempelajari teknik-teknik menghadapi rasa takut dan cemas.
Jika diperlukan, dokter juga akan memberikan obat untuk meredakan rasa cemas pada penderita pyrophobia. Beberapa obat yang biasa diresepkan yaitu:
Benzodiazepines
Benzodiazepines adalah obat penenang yang biasa digunakan untuk mengatasi gangguan kecemasan, termasuk untuk gejala penderita pyrophobia. Beberapa jenis obat ini yang sudah dikenal contohnya adalah diazepam dan alprazolam. Namun obat ini harus digunakan dalam jangka pendek karena bisa menyebabkan ketergantungan. Benzodiazepines juga biasa digunakan untuk mengatasi kondisi seperti insomnia, kejang, alcohol withdrawal, dan serangan panik.
Antidepresan
Selain digunakan untuk menangani depresi, anti depresan juga efektif meredakan gangguan kecemasan berlebih yang sering diderita oleh pyrophobia. Obat ini bekerja dengan cara menyeimbangkan kandungan senyawa kimia alami di dalam otak sehingga bisa membantu memperbaiki suasana hati dan emosi. Anti depresan juga bisa digunakan untuk mengatasi gangguan obsesif kompulsif, stress pasca trauma, fobia, dan bulimia.
Beta-blocker
Penderita pyrophobia memiliki gejala fisik tubuh gemetar dan jantung berdetak dengan cepat. Beta blocker adalah obat yang digunakan untuk membantu mengurangi kecepatan detak jantung sekaligus menurunkan tekanan darah. Obat ini bekerja dengan memblokir efek hormon adrenalin yang berlebih. Jumlah hormon adrenalin yang terlalu banyak bisa menyebabkan jantung berdetak cepat, keringat berlebih, kecemasan, dan jantung berdebar.
Penggunaan obat-obat tersebut harus berdasarkan resep dan pengawasan dokter. Perhatikan efek samping yang ditimbulkan serta riwayat medis Anda yang memungkinkan tidak boleh mengkonsumsi obat tersebut. Jika Anda memiliki gejala pyrophobia dan sudah dirasa mengganggu kegiatan sehari-hari, segera konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.