9 June 2020, 02:11 PM
Tuna wicara adalah sebuah kondisi yang memengaruhi kemampuan seseorang dalam menciptakan suara. Hal ini membuat melakukan komunikasi dengan orang lain menjadi lebih sulit. Kondisi ini jauh berbeda dengan gangguan berbahasa. Gangguan berbicara mencegah seseorang untuk membentuk suara suatu kata/kalimat, sementara gangguan berbahasa memengaruhi kemampuan seseorang dalam mempelajari kata-kata dan sulit mengerti apa yang orang lain katakan padanya. Namun, baik tuna wicara ataupun gangguan berbahasa dapat membuat seseorang kesulitan dalam mengekspresikan pikiran ataupun perasaannya pada orang lain.
Gejala tuna wicara berbeda-beda tergantunng penyebab dan seberapa parah gangguan tersebut. Umumnya, gejala-gejala yang akan muncul adalah suara yang diulang-ulang, penambahan suara atau suku kata pada suatu kata, kesulitan mengucapkan kata-kata dengan benar, menata ulang suku kata, dan berbicara dengan sangat pelan. Sementara itu, penyebab gangguan berbicara di antaranya adalah kerosakan otak akibat stroke ataupun cidera kepala, otot yang lemah, pita suara yang rusak, penyakit degenerative (penyakit Huntington, penyakit Parkinson), dementia, kanker yang memengaruhi mulut dan tenggorokan, autisme, sindrom Down, dan hilangnya kemampuan mendengar. Faktor risiko seseorang untuk menderita tuna wicara meningkat apabila ia adalah seorang pria, lahir secara premature, memiliki berat badan yang rendah saat lahir, memiliki riwayat keluarga dengan gangguan berbicara, dan memiliki masalah yang memengaruhi telinga, hidung, ataupun tenggorokan.
Ahli patologi bicara-bahasa (SLP) merupakan tenaga medis profesional yang memiliki spesialisasi dalam gangguan bahasa dan berbicara. Ahli patologi tersebut akan mengevaluasi seseorang untuk melihat gejala atau tanda-tanda yang mengindikasikan adanya gangguan tuna wicara. Ahli patologi juga akan meninjau riwayat medis pasien dan keluarga, serta memeriksa bagaimana seseorang menggerakkan bibir, rahang, dan lidah untuk memeriksa otot-otot mulut dan tenggorokan.
Perawatan
Perawatan tuna wicara biasanya tergantung pada seberapa parah gangguan tersebut serta penyebab utamanya. Pilihan perawatan di antaranya adalah terapi latihan berbicara yang berfokus pada pengenalan kata-kata atau suara tertentu dan latihan fisik yang berfokus pada penguatan otot-otot yang memproduksi suara.
· Pemilihan target
Terapi ini melibatkan seseorang berlatih suara atau kata-kata tertentu agar mengenal pola bicara khusus dengan lebih baik. Contoh terapi target melibatkan suara-suara atau kata-kata sulit yang dapat memicu gangguan bicara.
· Pemanfaat kontekstual
Dalam metode ini, ahli patologi bicara-bahasa (SLP) akan mengajarkan seseorang untuk mengenal bunyi ucapan dalam konteks berdasarkan suku kata yang berbeda.
· Terapi kontras
Terapi jenis ini melibatkan pengucapan pasangan kata yang terdiri dari satu bunyi yang berbeda atau lebih.
· Terapi oral-motor
Terapi jenis ini berfokus pada peningkatan kekuatan otot, kontrol motorik, dan kontrol pernapasan. Latihan-latihan ini dapat membantu seseorang agar lancar berbicara, sehingga dapat membuat percakapan yang lebih halus dan terdengar lebih alami.
· Ear device (alat telinga)
Alat bantu elektronik ini berbentuk sangat kecil dan dapat dimasukkan ke dalam saluran telinga. Alat ini dapat membantu seseorang yang memiliki tuna wicara gagap agar berbicara dengan lebih lancar.
Dalam kasus-kasus tertentu, beberapa gangguan bicara dapat menyebabkan seseorang untuk menderita gangguan kecemasan. Situasi yang penuh stres dapat memicu kecempasan, yang mengakibatkan gejala gangguan tuna wicara menjadi terdengar jelas. Dokter akan meresepkan obat-obatan untuk rasa cemas tersebut dapat membantu mengurangi gejala tuna wicara pada beberapa kasus. Konsultasikan dengan dokter apabila Anda memiliki gangguan tuna wicara agar mendapatkan diagnosa dan perawatan yang tepat.