Cara Memarahi Anak Berpengaruh pada Psikologis Buah Hati

[info.sehat]

Saat si kecil berulah atau bersikap buruk, sebagian orang tua biasanya refleks memarahi anak. Namun, kebiasaan dan cara memarahi anak jangan pernah dianggap sepele. Semua itu akan berdampak pada diri mereka.

Beberapa di antara orang tua beranggapan, masalah akan selesai ketika orangtua sudah memarahi anak, dengan harapan anaknya akan menyesal, lantas meminta maaf. Padahal, kenyataannya tidak semudah itu. Sikap marah orangtua pada anak dapat meninggalkan luka mendalam pada diri putra atau putri Anda. Berikut ulasan dampak jika Anda melakukan cara memarahi anak yang salah.

• Kerusakan atau kematian sel-sel otak
  

Dalam suatu penelitian mengungkapkan suara keras dan bentakan yang keluar dari mulut orangtua dapat merusak atau menggugurkan pertumbuhan sel otak anak. Lebih dari 1 milyar sel otak anak yang berada pada golden age akan rusak karena bentakan atau pukulan orang tua, karena pada usia tersebut sel-sel masih aktif tumbuh dan berkembang jika dibandingkan dengan bentakan yang terjadi pada remaja. Kerusakan sel otak ini akan berakibat fatal dikemudian hari jika perlakuan tersebut sering kali dirasakan oleh anak.

Dianjurkan para orangtua lebih banyak memberikan pujian atau nasihat saat anak melakukan kesalahan. Dengan pujian atau nasihat tersebut maka rangkaian sel otak anak akan terbentuk dengan indah, sehingga pertumbuhan dan perkembangan anak akan terjamin.

• Depresi
  

Selain akan merasa sakit hati, anak-anak juga merasa takut atau sedih saat orang tuanya membentak, dan hal ini pun akan menyebabkan munculnya masalah psikologis yang lebih mendalam. Anak-anak bisa mengalami depresi dan hal ini akan terbawa sampai mereka tumbuh dewasa.

Apalagi ketika anak merasa orangtua dan lingkungan sudah tidak lagi menerima keberadaannya. Anak akan merasa selalu bersalah dan mendapat tekanan dari sekelilingnya karena ia melakukan kesalahan. Hal ini bisa membuat perilaku anak semakin memburuk, bahkan dapat memicu mereka untuk merusak dirinya sendiri.

• Kepercayaan diri menurun dan menjadi penakut
  

Anak cenderung akan tumbuh menjadi anak yang kepercayaan dirinya kurang dan penakut. Bisa jadi salah satu penyebabnya adalah kemarahan orang tua yang tak kunjung berakhir setiap harinya. Sang anak merasa pendapatnya selama ini kurang dihargai karena selalu salah di mata orangtuanya. Hal ini mengakibatkan anak memiliki krisis kepercayaan diri atau minder, sehingga kurangnya keinginan anak untuk melakukan sesuatu karena selalu takut melakukan kesalahan, terutama pada saat ingin mencoba hal-hal yang baru dalam hidupnya.

• Jadi pribadi emosional
  

Cara memarahi anak yang salah juga akan menimbulkan kecenderungan mereka mencontoh perilaku orangtua dan sekelilingnya. Jika para orangtua kerap menunjukkan sikap marah, otomatis sang anak akan merekam kebiasaan itu. Jika para orangtua ingin memiliki anak yang tenang tidak mudah marah atau menuntut. Maka Anda harus menerapkannya terlebih dahulu pada diri Anda diri sendiri, sehingga anak Anda dapet mencontoh perilaku Anda.

• Mencari pelampiasan
  

Efek marah yang berlebihan dari orangtua membuat anak termotivasi untuk melarikan diri. Hal ini menjadi berisiko ketika anak-anak mencari pelampiasan di luar. Bisa jadi mereka terjerumus pada aktivitas negatif seperti pergaluan bebas, nark
oba, hingga kenakalan remaja. Kemarahan sama sekali tidak berkontribusi positif pada perkembangan anak. Kemarahan justru merenggangkan ikatan batin antara orangtua dengan anak. Pasalnya, anak jadi merasa tidak nyaman dan takut karena orang tuanya sering marah.

***

Dengan mengetahui dampak buruk di balik sering memarahi anak, mulai sekarang cobalah Anda berlatih untuk mulai mengendalikan emosi. Memarahi anak sebenarnya bukanlah sesuatu yang sama sekali tidak diperbolehkan. Namun, Anda  harus mengetahui batas dan cara memarahi anak yang benar agar tidak berdampak buruk kepada kondisi mental mereka.