Ablasi Retina, Gangguan Medis yang Dapat Merenggut Penglihatan

[info.sehat]

Kehilangan penglihatan sudah pasti menyeramkan bagi setiap orang. Dan ada banyak hal yang dapat memicu kondisi tersebut, salah satunya ablasi retina. 

 

Secara sederhana, ablasi retina merupakan suatu kondisi darurat di mana retina terlepas dari posisi normalnya. Kondisi ini membuat retina terlepas dari pembuluh darah yang menyalurkan oksigen serta nutrisi bagi retina. Semakin lama kondisi ini tidak diatasi, maka risiko kehilangan penglihatan secara permanen semakin besar.

 

Mengenal gejala ablasi retina 

Agar lebih waspada, tentu kita perlu mengetahui terlebih dahulu tanda atau gejala dari ablasi retina. Peristiwa terlepasnya retina itu sendiri sebetulnya tidak terasa sakit, namun ada tanda-tanda yang dapat dikenali dari kondisi tersebut.

 

Tiba-tiba muncul partikel-partikel hitam yang melayang pada bidang penglihatan, merupakan salah satu tanda terjadinya ablasi retina. Dapat pula muncul kilatan cahaya pada salah satu atau kedua mata.

 

Lama-kelamaan, kemampuan penglihatan menjadi berkurang. Penglihatan juga menjadi buram serta ada bayangan menyerupai tirai pada bidang penglihatan.

 

Seseorang yang mengalami ablasi retina dapat mengalami salah satu atau beberapa gejala di atas. Disarankan untuk segera mencari bantuan medis bila gejala tersebut Anda alami. Sebab jika terlambat, bukan tidak mungkin kehilangan penglihatan secara permanen dapat terjadi.

 

Inilah yang menjadi faktor risiko ablasi retina

Seperti gangguan medis lainnya, ada faktor-faktor tertentu yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya ablasi retina. Salah satu yang sulit dihindari adalah usia. Mereka dengan usia lebih dari 50 tahun diketahui lebih berisiko untuk mengalami ablasi retina.

 

Meski tidak dikatakan sebagai penyakit keturunan, namun riwayat keluarga yang pernah mengalami ablasi retina juga memperbesar kemungkinan seseorang mengalami hal serupa.

 

Selain itu, salah satu retina pernah terlepas juga membuat bagian mata lain berisiko untuk mengalami ablasi. Atau pernah menjalani pembedahan mata, seperti operasi katarak, juga turut meningkatkan risiko terlepasnya retina dari posisi yang seharusnya.

 

Begitu juga dengan adanya riwayat penyakit atau gangguan mata lainnya, seperti retinoschisis dan penipisan retina.

 

Pengobatan ablasi retina

Tujuan yang ingin dicapai dari pengobatan ablasi retina adalah menempelkan kembali retina ke dinding belakang mata, serta menutup lubang yang menyebabkan pelepasan tersebut.

 

Ada beberapa metode yang dapat dilakukan sebagai upaya untuk memperbaiki kondisi ablasi, antara lain:

 

-     Gesper skleral

Dalam pembedahan ini, dokter akan menempelkan pita sklera pada bagian luar dinding mata. Tujuannya, mendorong dinding mata agar semakin dekat ke robekan retina, sehingga robekan dapat tertutup.

 

Pada metode ini, robekan dirawat dengan teknik pembekuan. Hal ini dimaksudkan untuk menginduksi jaringan parut di sekitar robekan tersebut agar tertutup secara permanen.

 

-     Vitrectomy

Dokter akan membuat tiga lubang kecil pada bagian putih mata. Alat khusus akan dimasukkan, gel atau cairan yang memicu ablasi akan dikeluarkan melalui alat tersebut.

 

Terakhir, dokter akan menutup robekan dengan menggunakan laser.

 

-     Retinopeksi pneumatik

Pada prinsipnya, dokter akan menyuntikkan gelembung gas ke mata pasien. Lalu, pasien perlu menahan kepala dalam posisi tertentu, sehingga gelembung gas tersebut berada di atas robekan yang memicu ablasi.

 

Robekan itu sendiri akan dirawat dengan teknik pembekuan atau laser, setelah retina terpasang kembali.

 

Berdasarkan karakteristik dari ablasi retina itu sendiri, dokter biasanya dapat menentukan prosedur mana yang paling tepat bagi pasien. Secara umum, 9 dari 10 kasus ablasi dapat pulih kembali. Walaupun, kadang dibutuhkan lebih dari satu kali tindakan medis sampai retina dapat terpasang kembali pada posisinya.